Selasa, 11 Mei 2010

Tentang Kepemimpinan



Wasiat Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a.

“Tolonglah aku, jika aku benar dan koreksilah aku jika aku salah. Orang-orang yang lemah di antara kalian harus menjadi kuat bersamaku sampai, atas kehendak Allah, haknya telah disyahkan. "Orang-orang yang kuat di antara kalian harus menjadi lemah bersamaku sampai, jika Allah menghendaki, aku akan mengambil apa yang harus dibayarnya”

Patuhilah aku selama aku patuh kepada Allah dan Rasulullah, bila aku tidak mematuhi Allah dan Rasulullah, jangan patuhi aku lagi. Tidak ada pembicaraan yang baik, jika tidak diarahkan untuk memperoleh ridha Allah swt”

“Tidak ada manfaat dari uang jika tidak dibelanjakan di jalan Allah. Tidak ada kebaikan dalam diri seseorang jika kebodohannya mengalahkan kesabarannya. Dan jika seseorang tertarik dengan pesona dunianya yang rendah, Allah tidak akan ridha kepadanya selama dia masih menyimpan hal itu dalam hatinya.”

“Kita menemukan kedermawanan dalam taqwa (kesadaran akan Allah), kekayaan dalam yaqin (kepastian), dan kemuliaan dalam kerendahan hati. Waspadalah terhadap kebanggaan sebab kalian akan kembali ke tanah dan tubuhmu akan dimakan oleh cacing.”

Ketika beliau dipuji oleh orang-orang, beliau akan berdoa kepada Allah dan berkata, "Ya Allah, Engkau mengenalku lebih baik dari diriku sendiri, dan Aku lebih mengenal diriku daripada orang-orang yang memujiku. Jadikanlah aku lebih baik daripada yang dipikirkan oleh orang-orang ini mengenai diriku, maafkanlah dosa-dosaku yang tidak mereka ketahui, dan janganlah jadikan aku bertanggung jawab atas apa yang mereka katakan.”

“Jika kalian mengharapkan berkah Allah, berbuatlah baik terhadap hamba-hamba-Nya.”

Suatu hari beliau memanggil Umar ra dan menasihatinya sampai Umar menangis. Abu Bakar berkata kepadanya: "Jika engkau memegang nasihatku, engkau akan selamat, dan nasihatku adalah harapkan kematian selalu dan hiduplah sesuai dengannya”.

“Mahasuci Allah yang tidak memberi hamba-hamba-Nya jalan untuk mendapat pengetahuan mengenai-Nya kecuali dengan jalan ketidak-berdayaan mereka dan tidak ada harapan untuk meraih pencapaian itu”.

--- Dikutip dari web Embun Kehidupan ---


Makan dari usaha sendiri

Nabi Daud a.s. keluar malam dalam penyamaran, agar tak dikenal. Setiap orang yang berjumpa dengannya selalu ditanya tentang dirinya. Lalu Malaikat Jibril a.s. datang dalam bentuk seorang lelaki. Nabi Daud pun bertanya kepada Jibril tentang dirinya. Jibril menjawab: "Benar ia seorang hamba, tetapi ia (pemimpin yang) makan dari harta baitul maal ('kas negara'), tidak dari hasil usaha dan kerajinan tangannya sendiri." Daud segera pulang bergegas menuju mihrab. Ia menangis prihatin. Lalu berdoa: "Ya Allah, beri aku keterampilan, agar aku dapat hidup dan makan dari dari hasil usahaku sendiri." Allah pun memberi Daud a.s. keterampilan membuat baju besi berantai (baju perang).


Tanggungjawab atas makhluq Allah di wilayahnya

Umar bin Khattab keluar makan bersama para peronda. Ia menemukan kejanggalan lalu berkata: "Kalau aku membiarkan seekor kambing kurus dan berkudis di tepi sungai, aku khawatir ini dipertanyakan kepadaku di hari kiamat".


Tentang Nabi Daud dan Umar bin Khattab di atas, dikutip dari Al-Ghazali, Nasehat bagi Penguasa, Mizan, 1967, halaman 156

-------------------------------------------------------------------------
Sumber :
http://embunkehidupan.co.cc/
http://kajianbudayailmu.blogspot.com/

-------------------------------------------------------------------------
Foto :
http://yudaharja.com/wp-content/uploads/2008/08/leader.jpg
http://pantjasurya.files.wordpress.com/2008/09/tangga-kepemimpinan1.jpg
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh0F8RfOvIn_VKEAz95SeTWuh67O4rrnEkA8cBVilij7rx3GvnM8EuGpyiMf8ZLqwIUrk_nkj9G4DiIZf755Xk4ng2pEWtT57eDmOLUMgLFN1FeCwgNiIi1sr5aWFYJS69dlvw2qz0hcN8/s400/alam_semesta.jpg