Jumat, 14 Mei 2010

Al-Fuzail bin 'Iyas



Fuzail Pembegal dan Kisah Pertaubatannya.


“Ia telah mempercayaiku seperti aku mempercayai Allah akan menerima taubatku nanti. Aku hargai kepercayaannya itu agar Allah menghargai kepercayaanku pula” ~ Fuzail

-----------------

Fuzail mempunyai banyak teman yang semuanya terdiri dari para pencuri dan pembegal. Siang dan malam mereka merampok, membunuh dan membawa hasil rampasan mereka kepada Fuzail karena ia adalah kepala mereka.

...

Suatu hari sebuah kafilah yang besar melewati daerah mereka. Fuzail dan sahabat-sahabatnya telah menanti-nantikan kedatangan kafilah tersebut. Di dalam rombongan itu ada seorang lelaki yang pernah mendengar desas-desus mengenai perampok itu. Ketika ia melihat kawanan perampok itu dari kejauhan, ia pun berfikir, bagaimanakah ia harus menyembunyikan sekantong emas yang dimilikinya.

"Kantong emas ini akan kusembunyikan", ia berkata di dalam hati. " Dengan demikian jika para perampok membegal rombongan ini, aku masih mempunyai modal untuk diandalkan".

Ia menyimpang dari jalan raya. Kemudian ia melihat sebuah kemah dan di dekat kemah itu ada seorang yang wajah dan pakaiannya tampak sebagai seorang pertapa. Maka kantong emas itu pun lalu dititipkannya kepada orang itu yang sebenarnya adalah Fuzail sendiri.

"Taruhlah kantongmu itu di pojok kemahku", Fuzail berkata kepadanya. Lelaki itu melakukan seperti yang dikatakan Fuzail. Kemudian ia kembali ke rombongannya, tetapi ternyata mereka telah dibegal oleh kawanan Fuzail. Semua barang bawaan mereka telah dirampas sedang kaki dan tangan mereka diikat. Lelaki itu melepaskan ikatan sahabat-sahabat seperjalanannya. Setelah mengumpulkan harta benda mereka yang masih tersisa, menyingkirlah mereka dari tempat kejadian itu. Lelaki tadi kembali ke kemah Fuzail untuk mengambil kantong emasnya. Ia melihat Fuzail sedang berkerumun dengan kawanan perampok dan membagi-bagikan hasil rampasan mereka.

“ Celaka, ternyata aku telah menitipkan kantong emasku kepada seorang maling”, lelaki itu mengeluh.
Tetapi Fuzail yang dari kejauhan melihatnya, memanggilnya dan ia pun datang menghampiri.
“Apakah yang kau kehendaki”, lelaki itu bertanya kepada Fuzail.
“Ambillah barangmu dari tempat tadi dan setelah itu tinggalkanlah tempat ini”.
Lelaki itu segera berlari ke kemah Fuzail, mengambil kantong emas dan meninggalkan tempat itu.
Dengan keheran-heranan teman-teman Fuzail berkata : “Dari seluruh kafilah itu kita tidak mendapatkan satu dirham pun di dalam bentuk tunai, tetapi mengapa engkau mengembalikan sepuluh ribu dirham itu kepadanya?”
Fuzail menjawab : “Ia telah mempercayaiku seperti aku mempercayai Allah akan menerima taubatku nanti. Aku hargai kepercayaannya itu agar Allah menghargai kepercayaanku pula”.

...



Dikutip dari Fariduddin Al-Attar , Warisan Para Awliya, A.J. Arberry, Pustaka Bandung, 1421 H – 2000 M, Cetakan III Halaman 66-67.
Temukan kisah-kisah yang lain, semisal :
Malik bin Dinar, Rabi’ah al-Adawiyah, Bisyr bin Harits, Abu Yazid al-Busthami, Dzun Nun al-Mishri, Al-Muhasibi, Al-Hallaj dan masih banyak lagi dalam buku tersebut.

Atau anda juga bisa download versi PDF-nya yang berjudul : Muslim Saints and Mystics (Episodes from the Tadhkirat al-Auliya) by Farid al-Din Attar, Translated by A. J. Arberry. Klik saja link judul tersebut.



--------------------------------------------------------------------------
Sumber dan foto : http://www.omphaloskepsis.com/collection/descriptions/mussm.html