Kamis, 13 Mei 2010

Pertanian Berkelanjutan

Menyuburkan Kembali Hati dan Tanah yang Tandus



Tandusnya tanah yang sebenarnya berstatus subur, sangat erat kaitannya dengan ketandusan hati manusia dalam arti masyarakat atau bangsa yang menempatinya.

Baca Lanjut... Menyuburkan Kembali Hati dan Tanah yang Tandus


Bumi Tanah Subur, Makmurlah Rakyat dan Luhurlah Peradabannya




Ketimpangan itu terjadi disebabkan ilmu lebih banyak berpihak pada manusia: hanya membela dan memenuhi keinginan manusia. Alam diperkosa kehidupannya oleh ilmu demi memenuhi segala keinginan manusia. Ilmu yang bersifat demikian adalah ilmu yang lahir dari nafsu manusia. Demikianlah, nafsu pun bisa menciptakan ilmu di tengah-tengah kehidupan. Tetapi, ilmu yang lahir dari nafsu sampai kapan pun tidak akan pernah mengetahui dengan pasti jiwa alam, khususnya tanah. Ilmu yang lahir dari nafsu tidak bisa dijadikan jembatan hubung antara manusia dengan alam karena ilmu itu selalu mempunyai kepentingan. Satu-satunya ilmu yang dapat dijadikan jembatan hubung antara manusia dengan alam adalah ilmu yang tidak terlibat pada kepentingan manusia dan alam. Meskipun ilmu itu tidak berkepentingan terhadap manusia dan alam, tetapi keberadaannya justru untuk merajut kehidupan manusia dan alam pada satu mata rantai yang berkeselarasan. Ilmu itu adalah ilmu pasti. Yaitu, ilmu yang dikaruniakan dari sisi Allah; ilmu yang meliputi kehidupan bersemesta, baik yang tampak menurut mata kepala maupun yang tidak tampak menurut mata kepala; ilmu dari sisi Allah, sebagaimana dijelaskan dalam firman-Nya: “Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS 96:5)


Baca Lanjut...Bumi Tanah Subur, Makmurlah Rakyat dan Luhurlah Peradabannya

------------------------------------------------------
Sumber & Foto : Kajian Budaya Ilmu