Selasa, 03 November 2009

Prolog


Ketika terbit fajar, udara segar menjadi pusat perhatian makhluq khususnya manusia

Satu sisi sudut kehidupan tampak tuan-tuan besar sedang berlari-lari santai menikmati udara pagi hari

Lelah sejenak secangkir teh dan sepotong roti telah siap menanti di pelataran serambi

Bersandar duduk di atas kursi sambil menikmati secangkir teh dan sepotong roti, aduhai nikmat sekali

Bahagianya si tuan besar, pagi-pagi isi perut sebagai salah satu kebutuhan nafsu telah terpenuhi

Begitu pula berkat kemajuan teknologi, berita informasi melalui TV dan koran pagi dapat diketahui secara dini

Perang, politik, ekonomi bahkan segala macam bentuk perbuatan tindak kriminal telah pula tersaji dengan rapi

Cemas, khawatir dan berbagai macam gejolak muncul sebagai imbas dari berita informasi

Anak-anak yang manis tidak pula ketinggalan, mereka mengikuti gejolak informasi globalisasi

Ibarat sawah tidak berpematang, demikianlah informasi teknologi merasuki jiwa anak yang masih dini

Apa yang terjadi? Kenakalan remaja sebagai cuatan hasil rekaman kecanggihan teknologi

Demikian itulah, pagi-pagi jiwa yang seharusnya mencuatkan kesegaran, ternyata resah gelisah yang tak teratasi

Begitu pula ketika mentari hilang di ufuk Barat di senja hari

Kerlap-kerlip lampu hias di tempat-tempat melantai, tersenyum sedup menjanjikan kenikmatan tersendiri

Hasrat muda bergejolak ingin menikmati segala yang sudah tersaji

Oh kasihannya kau generasi muda tunas bangsa, jiwa yang begitu renta masih dilanda gejolak budaya globalisasi

Kembali semua ini karena kemajuan teknologi memberikan segala kemudahan untuk bergejolaknya diri

Al-Qur’an yang sebenarnya sebagai penentram hati, nyaris tidak bisa diambil berita informasi

Dia Al-qur’an seakan terpandang sebagai kitab tua yang bisu terhadap informasi teknologi

Namun di sisi lain di salah satu pelosok kehidupan yang belum dijamahi kemajuan teknologi

Tampak wajah-wajah lugu berkaki telanjang menyambut fajar pagi menelusuri pematang padi

Berita pagi mula pertama yang mereka dapati adalah senyum alam bersahabat memberikan janji

Nurani polos menyambut isyarat alam tepat sasaran menentukan musim semi

Begitulah si tani lugu, hari ke hari isyarat alam sebagai sumber informasi

Begitu pula bocah-bocah lugu negeri hanya dengan sepotong ubi menyambut pagi

Berangkat ke sekolah terpandanglah guru sebagai sumber pengetahuan utama informasi

Demikian agung kedudukan guru di mata bocah-bocah yang tidak terjamah kemajuan teknologi

Senandung lagu himne guru tertanam dalam di jiwa bocah-bocah membentuk keluhuran budi

Salah satu syair berkesan-dalam seakan memacu semangat bocah-bocah untuk bangkit membangun kemakmuran negeri

Wahai guruku ”setiap saat ku dibimbingnya agar tumbuhlah bakatku”

Sedang mereka tak mampu menjadikan isyarat alam sebagai wahana pengembangan potensi diri

Begitu pula ketika mentari hilang di ufuk Barat di senja hari, lampu-lampu sumbu mulai tampak menari-nari

Sekedar untuk menerangi jiwa-jiwa yang telah lelah bercengkrama dengan alam di siang hari

Jadilah malam yang sunyi dengan lampu-lampu sumbu sebagai pakaian beristirahatnya diri

Demikian itulah di sudut kehidupan yang masih perawan jauh dari jamahan kemajuan teknologi

Alam dan guru, dua tokoh sejati sebagai modal penggerak semangat untuk membangun kemakmuran negeri

Mereka yang berjiwa lugu-lugu itu nyaris tidak mengenal apa yang dinamakan kemajuan teknologi

-----------------------------------------------------------------------------------
Dikutip dari buku PENDIDIDIKAN TERPADU BERSIFAT QUR'ANI-Sebagai Butir Pandangan Menghadapi Era Teknologi, oleh Ki Moenadi MS.
-------------------------------------------------------------------------
Foto : Koleksi Pribadi