Ketika terbit fajar, udara segar menjadi pusat perhatian makhluq khususnya manusia
Satu sisi sudut kehidupan tampak tuan-tuan besar sedang berlari-lari santai menikmati udara pagi hari
Lelah sejenak secangkir teh dan sepotong roti telah siap menanti di pelataran serambi
Bersandar duduk di atas kursi sambil menikmati secangkir teh dan sepotong roti, aduhai nikmat sekali
Bahagianya si tuan besar, pagi-pagi isi perut sebagai salah satu kebutuhan nafsu telah terpenuhi
Begitu pula berkat kemajuan teknologi, berita informasi melalui TV dan koran pagi dapat diketahui secara dini
Perang, politik, ekonomi bahkan segala macam bentuk perbuatan tindak kriminal telah pula tersaji dengan rapi
Cemas, khawatir dan berbagai macam gejolak muncul sebagai imbas dari berita informasi
Anak-anak yang manis tidak pula ketinggalan, mereka mengikuti gejolak informasi globalisasi
Ibarat sawah tidak berpematang, demikianlah informasi teknologi merasuki jiwa anak yang masih dini
Apa yang terjadi? Kenakalan remaja sebagai cuatan hasil rekaman kecanggihan teknologi
Demikian itulah, pagi-pagi jiwa yang seharusnya mencuatkan kesegaran, ternyata resah gelisah yang tak teratasi
Begitu pula ketika mentari hilang di ufuk Barat di senja hari
Kerlap-kerlip lampu hias di tempat-tempat melantai, tersenyum sedup menjanjikan kenikmatan tersendiri
Hasrat muda bergejolak ingin menikmati segala yang sudah tersaji
Oh kasihannya kau generasi muda tunas bangsa, jiwa yang begitu renta masih dilanda gejolak budaya globalisasi
Kembali semua ini karena kemajuan teknologi memberikan segala kemudahan untuk bergejolaknya diri
Al-Qur’an yang sebenarnya sebagai penentram hati, nyaris tidak bisa diambil berita informasi
Dia Al-qur’an seakan terpandang sebagai kitab tua yang bisu terhadap informasi teknologi
Namun di sisi lain di salah satu pelosok kehidupan yang belum dijamahi kemajuan teknologi
Tampak wajah-wajah lugu berkaki telanjang menyambut fajar pagi menelusuri pematang padi
Berita pagi mula pertama yang mereka dapati adalah senyum alam bersahabat memberikan janji
Nurani polos menyambut isyarat alam tepat sasaran menentukan musim semi
Begitulah si tani lugu, hari ke hari isyarat alam sebagai sumber informasi
Begitu pula bocah-bocah lugu negeri hanya dengan sepotong ubi menyambut pagi
Berangkat ke sekolah terpandanglah guru sebagai sumber pengetahuan utama informasi
Demikian agung kedudukan guru di mata bocah-bocah yang tidak terjamah kemajuan teknologi
Senandung lagu himne guru tertanam dalam di jiwa bocah-bocah membentuk keluhuran budi
Salah satu syair berkesan-dalam seakan memacu semangat bocah-bocah untuk bangkit membangun kemakmuran negeri
Wahai guruku ”setiap saat ku dibimbingnya agar tumbuhlah bakatku”
Sedang mereka tak mampu menjadikan isyarat alam sebagai wahana pengembangan potensi diri
Begitu pula ketika mentari hilang di ufuk Barat di senja hari, lampu-lampu sumbu mulai tampak menari-nari
Sekedar untuk menerangi jiwa-jiwa yang telah lelah bercengkrama dengan alam di siang hari
Jadilah malam yang sunyi dengan lampu-lampu sumbu sebagai pakaian beristirahatnya diri
Demikian itulah di sudut kehidupan yang masih perawan jauh dari jamahan kemajuan teknologi
Alam dan guru, dua tokoh sejati sebagai modal penggerak semangat untuk membangun kemakmuran negeri
Mereka yang berjiwa lugu-lugu itu nyaris tidak mengenal apa yang dinamakan kemajuan teknologi
-----------------------------------------------------------------------------------
Dikutip dari buku PENDIDIDIKAN TERPADU BERSIFAT QUR'ANI-Sebagai Butir Pandangan Menghadapi Era Teknologi, oleh Ki Moenadi MS.
-------------------------------------------------------------------------
Foto : Koleksi Pribadi